Bayangkan jika Inul Daratista setiap hari memutarkan DVD rekaman saat Inul beraksi di atas panggung dengan goyang ngebornya? Atau di rumah Inul menggendong si kecil sambil bernyanyi dan bergoyang.... maka si anak akan tumbuh besar sebagai penyanyi dengan goyang ngebor lebih hebat dari Inul.
Seorang artis penyanyi atau musisi top belum tentu anak-anaknya bisa menyanyi atau bermain musik seperti orang tuanya jika di rumah sang artis tidak pernah memberi waktu untuk anaknya, tidak pernah bernyanyi atau bermusik di depan anak-anaknya. Tetapi jika orang tua menyanyikan lagu atau bermusik sambil mengantar anaknya pergi tidur, mendendangkan lagu sambil mengerjakan pekerjaan rumah, mengajari menyanyi atau memainkan alat musik saat senggang, bahkan menari setiap kali ada di rumah bersama keluarga, pasti sia anak akan menirukan orang tuanya.
Sering tanpa disadari banyak orang, orangtua sesungguhnya merupakan tokoh panutan bagi anak. Sebelum anak-anak berinteraksi dengan lingkungan luar, mereka akan menirukan orang tuanya di rumah. Celoteh, tindak-tanduk, bahkan mimik muka kita pun bisa ditiru anak. Untuk perilaku positif tentu kita senang. Tapi untuk yang buruk? Tentu tak satu pun orangtua ingin menularkan pada anak mereka.
Ada cerita soal imitasi ucapan ibu pada anaknya. Ketika seorang ibu memanggil anak sulungnya keluar kamar, tiba-tiba anaknya dengan dengan fasih meneruskan ucapan ibunya saat mengingatkannya untuk segera bersiap sekolah.
“Nanti terlambat, sebentar lagi jam setengah tujuh, ayah sudah mau berangkat, jangan sampai ketinggalan, ayo minum susunya, habisakan rotinya!” tiru sang anak sambil bersungut-sungut manuju meja makan.
“Udah hafal deh Bu! Bosen” sambung sang anak cuek sambil duduk di ruang makan. Sang ibu tidak menyangka kalau ucapan yang tanpa sadar diucapkan berulang-ulang setiap pagi bisa ditiru persis sekali sampai nada tinggi rendahnya pula.
Kemudian ada cerita lainya, saat seorang ayah mendapat pujian dari tetangganhya, “Hebat ya anak-anaknya Pak David, semuanya sopan dan rajin, bisa menyanyi pula, sama kayak bapaknya.”
Mendengar ini, bisa terjadi jika sang ayah memberikan contoh yang baik bagi anak-anaknya. Dan untuk menjadi contoh yang baik ini.
Orang Tua adalah Model Utama
Dalam bersikap dan bertingkah laku setiap anak memang banyak meniru pada lingkungannya, mulai dari orangtua, nenek-kakek, om-tante, pengasuh, tetangga, sekolah, guru, teman, bahkan dari tv dan dvd yang mereka tonton.
Anak mudah sekali meniru apa yang dia lihat dan menjadikan lingkungan sebagai model kehidupan. Mulai dari ucapan, misalnya kata-kata yang mudah untuk diikuti. Atau, tingkah laku yang dilihat dari tontonan film.
Orangtua pada umumnya menjadi model utama bagi anak. Karena ayah dan ibu adalah dua orang yang berperan dalam pola asuh anak sejak dia hadir ke dunia. Maka, jangan kaget bila cara saat orangtua marah maupun saat menunjukkan kasih sayang, semua akan ditiru dan dipelajari anak.
Bila orangtua terbiasa menggunakan kata-kata kasar atau caci maki saat kesal dengan orang lain, anak juga akn mempelajarinya dan berpikitr, “oh, kalau marah atau kesal sama orang, begitu ya caranya.” Sehingga, ketika anak kesal pada temannya, maka dia akan begitu juga.
Sebaliknya jika orang tua mengajarkan untuk saling sayang, saling menghormati, tamu datang dihormati, hormat pada orangtua dan kakak, sayang pada adik, bahkan binatang pun disayang. Anak pun akan menirunya. Pada semua orang anak akan menunjukkan rasa hormatnya dan bersikap santun.
Ayo, Jadi Model Yang Baik
Banyak orangtua yang memiliki harapan tinggi terhadap anaknya, namun perilaku yang diharapkanya belum dilakukannya. Misalnya, berharap anaknya senang membaca, tetapi orangtua sendiri tidak suka membaca. Menyuruh anaknya rajin menabung, padahal dirinya sendiri boros, suka berfoya-foya, minum minuman keras. Tentu cara ini tidak akan berhasil.
Contoh yang baik, akan lebih melekat pada anak bila diiringi dengan penjelasan. Apa manfaatnya senang membaca buku, apa keuntungannya menabung atau bermusik dan sebagainya.
Dengan begitu, anak secara perlahan mulai mengerti tentang pentingnya melakukan perbuatan-perbuatan itu. Sehingga yang diharapkan adalah anak melakukan perilaku tersebut secara sadar dan menyenanginya, bukan karena paksaan. Maka dari itu, mari mulai sekarang kita memaksakan diri menjadi model yang baik untuk anak.