Friday 24 June 2011

Fly Higher

Beberapa jenis ular paling berbisa di dunia sedang dipindahkan dalam sebuah penerbangan dari tempat penangkapannya di Afrika ke salah satu tempat penelitian di Amerika. Karena satu dan lain hal, pemindahan itu dilakukan dengan menggunakan pesawat penumpang. Bukan sesuatu yang tidak biasa memang, tapi sebuah kesalahan terjadi.

Setelah pesawat tinggal landas, mungkin dipengaruhi oleh getaran dan gerakkan pesawat. Beberapa ular berbahaya itu menemukan jalan untuk keluar dari kotak tempat mereka disimpan. Orang yang bertugas mengepak ular-ular ini dalam kotak penyimpanan, tidak melakukan tugasnya dengan baik.

Beberapa penumpang dari bagian belakang segera berteriak-teriak dan berlarian dengan panik ke arah depan pesawat, ketika melihat beberapa ular berbisa di lorong belakang pesawat. Seketika seisi pesawat menjadi panik. Seorang pramugari segera berlari memberitahu pilot tentang keadaan yang menakutkan ini.

Sang pilot segera menghubungi menara pengawas di darat dan menginformasikan keadaan di pesawat. Semua petugas di menara pengawas juga sangat terkejut dengan keadaan ini.
“Jadi di mana kami bisa mendarat?” Tanya sang pilot.
“Tunggu sebentar,” kata petugas menara pengawas, “Beri kami waktu untuk berpikir.”
“Tolong segera diberitahu, sebelum ada penumpang yang menjadi korban,” pinta pilot dengan cemas.

Beberapa saat kemudian menara pengawas menghubungi pesawat, “Di ketinggian berapa engkau sedang terbang?”
“300 kaki,” kata sang pilot.
“Naikan ketinggian!” Kata petugas menara pengawas.
“Tapi pak, kukira kami akan mendarat?” Tanya pilot.
“Tidak! Naikan ketinggian sekarang juga! Cepat kapten, tidak ada banyak waktu!”

Sang pilot segera menarik tuas kemudinya, pesawat yang terbang rendah itu mulai melayang tinggi.
“Berapa ketinggianmu sekarang?” tanya petugas menara pengawas
“500.66 kaki,” jawab pilot.
“Naik lebih tinggi lagi!” teriak petugas, "Laporkan terus ketinggianmu."
“700 kaki,” kata pilot.
“Lebih tinggi lagi!” jawab petugas.
“900, 1000.20, 1100.37, 1200 kaki…” kata sang pilot.

“Baik… sekarang tinggal di ketinggian ini,” kata petugas menara pengawas, “Katakan kepada awak pesawatmu bahwa pada ketinggian ini ular-ular itu sekarang tidak berbahaya. Segera kembalikan mereka ke kotak tempat penyimpanan, dan kali ini jangan lupa dikunci rapat!”

Dan benar, ketika seorang awak pesawat mencoba menangkap seekor ular, ular itu tidak bereaksi atau menyerang. Pada ketinggian itu, ular-ular itu menjadi mati rasa dan kehilangan naluri pemangsa mereka.

Penumpang pesawat itu selamat, karena berada di tempat tinggi.

==========================
Yang berusaha kami sampaikan adalah, dalam doa dan penyembahan, kita melayang tinggi bersama Tuhan.

Mungkin banyak di antara kita yang tidak tahu, tapi ketika kita melayang tinggi dan semakin tinggi bersama Tuhan, bahkan masalah yang paling tak tertundukkan sekalipun dikalahkan. Mereka kehilangan kuasa, di dalam Nama Yesus.

Seorang hamba Tuhan berkata bahwa ketika pujian dinaikan, pekerjaan musuh terhenti.
Ketika kita memuji Tuhan, dibuat TUHANlah penghadangan atas masalah-masalah kita, sehingga mereka terpukul kalah. (II Tawarikh 20:22)

Jadi ketika masalah datang, terbanglah lebih tinggi.

Saturday 18 June 2011

Lima Pelajaran dari Pensil

Melihat Neneknya sedang asyik menulis Adi bertanya,  "Nenek sedang menulis apa?"

Mendengar pertanyaan cucunya, sang Nenek berhenti menulis lalu berkata, "Adi cucuku, sebenarnya nenek sedang menulis tentang Adi. Namun ada yang lebih penting dari isi tulisan Nenek ini, yaitu pensil yang sedang Nenek pakai. Nenek berharap Adi dapat menjadi seperti pensil ini ketika besar nanti."

"Apa maksud Nenek bahwa Adi harus dapat menjadi seperti sebuah pensil? Lagipula sepertinya pensil itu biasa saja, sama seperti pensil lainnya," jawab Adi dengan bingung.

Nenek tersenyum bijak dan menjawab, "Itu semua tergantung bagaimana Adi melihat pensil ini. Tahukah kau, Adi, bahwa sebenarnya pensil ini mempunyai 5 kualitas yang bisa membuatmu selalu tenang dalam menjalani hidup."

"Apakah Nenek bisa menjelaskan lebih detil lagi padaku?" pinta Adi

"Tentu saja Adi," jawab Nenek dengan penuh kasih

"Kualitas pertama, pensil dapat mengingatkanmu bahwa kau bisa melakukan hal yang hebat dalam hidup ini. Layaknya sebuah pensil ketika menulis, kau jangan pernah lupa kalau ada tangan yang selalu membimbing langkahmu dalam hidup ini. Kita menyebutnya tangan Tuhan, Dia akan selalu membimbing kita menurut kehendakNya".

"Kualitas kedua, dalam proses menulis, kita kadang beberapa kali harus berhenti dan menggunakan rautan untuk menajamkan kembali pensil yang kita pakai. Rautan itu pasti akan membuat pensil menderita. Tapi setelah proses meraut selesai, pensil itu akan mendapatkan ketajamannya kembali. Begitu juga denganmu, dalam hidup ini kau harus berani menerima penderitaan dan kesusahan, karena merekalah yang akan membuatmu menjadi orang yang lebih baik".

"Kualitas ketiga, pensil selalu memberikan kita kesempatan untuk mempergunakan penghapus, untuk memperbaiki kata-kata yang salah. Oleh karena itu memperbaiki kesalahan kita dalam hidup ini, bukanlah hal yang jelek. Itu bisa membantu kita untuk tetap berada pada jalan yang benar".

"Kualitas keempat, bagian yang paling penting dari sebuah pensil bukanlah bagian luarnya, melainkan arang yang ada di dalam sebuah pensil. Oleh sebab itu, selalulah hati-hati dan menyadari hal-hal di dalam dirimu".

"Kualitas kelima, adalah sebuah pensil selalu meninggalkan tanda/goresan. Seperti juga Adi, kau harus sadar kalau apapun yang kau perbuat dalam hidup ini akan meninggalkan kesan. Oleh karena itu selalulah hati-hati dan sadar terhadap semua tindakan".

"Nah, bagaimana Adi? Apakah kau mengerti apa yang Nenek sampaikan?"

"Mengerti Nek, Adi bangga punya Nenek hebat dan bijak sepertimu."
Begitu banyak hal dalam kehidupan kita yang ternyata mengandung filosofi kehidupan dan menyimpan nilai-nilai yang berguna bagi kita. Sebarkan cerita inspiratif ini dan Semoga memberikan manfaat.
salam hangat..
 

blogger templates | Make Money Online