Thursday 21 July 2011

Cerita Anak Ayam

Aku masih mengingat dengan jelas bagaiaman mamaku, yang biasa di panggil Mama Babon, menceritakan dan mengajarkan kepadaku arti menjadi seekor ayam potong. Mama bilang, “Kok kok petok petok..... Chick (itu nama kecilku), bagaimana pun kita sebagai ayam patut bersyukur kepada Tuhan. Coba tengok ayam bertelor (eh salah) coba tengok manusia-manusia yang diberikan kelengkapan tubuh yang sempurna dan disertai dengan akal dan pikiran. Masih saja ada yang suka berkeluh kesah. Sedangkan kita hanya dibekali paruh, dan dua kaki, (sayap yang tidak bisa terbang), namun Tuhan pasti memberikan makan untuk kita, selama kita mencarinya.”
"Ciap ciap”, begitu sahutku waktu itu.

Kami memang mungkin lebih beruntung dari ayam kampung yang diumbar di luar dan mencari sendiri makanannya. Kami setiapharinya selalu mendapatkan pakan ternak yang berlimpah.
Namun ada yang membuatku bertanya-tanya setiap hari selalu ada di antara kami yang dibawa oleh manusia, dan tidak kembali lagi ke kandang. Ketika kutanyakan kepada mama, ia menjawab bahwa ayam-ayam tersebut pergi untuk menempuh perjalanan menuju sang Pencipta. Mataku berbinar mendengarkan kata-kata mama. Aku juga rindu ingin bertemu dengan Sang Khalik.
"Chick, kamu harus siap suatu saat akan tiba giliran mama.”
"Ciap”, ucapku lirih.
Aku bertanya bagaimanakah perjalanan itu, apakah menyenangkan.
“Yang pasti kita harus siap di potong..”
"CIAP!!.... dipotong?!"
Terkejut aku mendengar jawaban mama.
“Kamu tidak usah takut, karena melalui cara itulah kita nanti akan dimakan oleh manusia. Bagian-bagian tubuh kita akan menjadi protein yang berguna sebagai energi bagi manusia untuk bekerja dan beribadah kepada Tuhan. Itu jika manusia yang memakan kita mengasihi Tuhan, berdoa dan senantiasa bersyukur sebelum memakan kita. Tapi sayangnya tidak semua manusia seperti itu. Terkadang ayam-ayam dimakan juga oleh orang-orang yang jahat. Sehingga protein dari kita hanya menumpuk di dalam tubuhnya untuk menyaksikan perbuatan-perbuatan jahat yang dilakukannya. Dan di akhir dunia nanti kita yang sudah menjadi bagian dari tubuhnya, akan bersaksi atas dosa-dosa yang dilakukan tangan dan kakinya pada saat dia masih hidup....kok, kok, petok.."
Penjelasan mama sangat panjang sampai aku terkantuk-kantuk.

Hingga akhirnya saat itu tiba ketika beberapa orang menangkap mama dan membawanya keluar kandang, Aku melihat bagaimana mamaku diikat kakinya bersama teman-teman mama yang lain, dan manusia itu menenteng mama dalam posisi terbalik.
Aku menahan menahan napas. Melihat mama di taruh di motor, kepalanya hanya berjarak 0,5 cm dari knalpot motor. Bahkan terkadang paruh mama menyentuh knalpot. Teman mama yang lainnya ada yang kepalanya terpukul sela starter motor ketika motor dinyalakan. Ngeeng-ngeeeng….” Begitu suara motor yang mengeluarkan asap yang sangat banyak. Terlihat mama menahan kepulan asap motor tersebut.
“Wuussh”, muka beberapa ayam terciprat air ketika motor itu bergegas keluar.
Aku berpikir semoga suatu saat manusia-manusia akan sadar tentang perlunya aturan-aturan bagaimana cara membawa ayam potong dengan lebih baik.
 
“Kok, kok, petok”, tiba-tiba tanteku berkata.
“Jangankan untuk mengurusi ayam, mengurus sesama manusia saja tidak becus. Sewaktu tante dibawa ke sini dengan truk, dan sempat berhenti di lampu merah, tante melihat banyak anak-anak manusia yang tidak terurus dan nampak kelaparan. Memalukan. Sesama manusia sudah tidak saling peduli.
Mungkin karena perlakuan manusia terhadap ayam itulah yang mengakibatkan flu burung, Sehingga manusia bisa introspeksi akan perlakuan mereka yang tidak berperikebinatangan. Untung saja nama flu itu flu burung bukan flu ayam, jadinya burung yang disalahkan. Walaupun sebenarnya pun kita masih harus protes akan penamaan 'telur mata sapi'. Telurnya telur kita, kok sapi yang punya nama."

Begitu kisahku sebelum bertemu babi. Kami berencana mengadakan koalisi flu. Kasihan si babi tak ada dokter yang mau mengobatinya. Aku pun sebenarnya sedang demam. Mungkin besok aku sudah di kubur atau di bakar. Semoga setelah aku mati aku akan dimakan cacing dan cacing-cacing itu akan diambil manusia untuk dijadikan “taurin” (ituloh bahan utama minuman berenergi). Dan akhirnya akan dikonsumsi oleh manusia. Amin..
 

blogger templates | Make Money Online